Teknik Storytelling dari Juara Dunia Public Speaking

Teknik Storytelling dari Juara Dunia Public Speaking
Teknik Storytelling dari Juara Dunia Public Speaking

Jasa Presentasi – Bercerita adalah sebuah komponen terpenting dalam public speaking atau presentasi. Dengan public speaking, kita dituntut untuk memberikan audiens sesuatu untuk diingat. Cerita memudahkan pesan yang kita sampaikan diingat oleh mereka. Bercerita menuntut kemampuan teknis dan strategi. Bagaimana menghasilkan cerita yang akan diingat oleh audiens?

Dananjaya Hittearachchi, seorang pemenang kontek Public Speaking tingkat dunia, memberikan bocoran bagaimana menyampikan cerita yang akan selalui diingat. Dalam bercerita, kita memiliki dua pilihan. Kita menjadi tokoh protagonis atau antagonis, menjadi superhero atau penjahatnya.

Menjadi Protagonis atau Antagonis?

Banyak public speaking memilih untuk menjadi tokoh protagonis, mereka menjadi pahlawan dari cerita tersebut. Namun sangat jarang mereka yang memilih menjadi antagonis, menjadi penjahat. Untuk menyampaikan cerita yang mudah diingat, menjadi protagonis adalah mainstreem, sesuatu yang biasa. Oleh karena itu, menjadi berbeda adalah pilihan yang lebih baik. Jadilah antagonis, maka cerita tersebut menjadi lebih menarik. Karena ketika kita menjadi anti-hero, penjahat, atau antagonis, cerita kita secara otomatis akan berbeda dengan cerita public speaker yang lainnya, dan ini akan memberikan audiens pengalaman baru.

Mainkan Emosi

Emosi berperan penting dalam bercerita, cerita tidak akan tersampaikan dengan baik tanpa melibatkan emosi secara efektif. Dananjaya memberikan dua tips menyampaikan emosi dalam cerita secara efektif.

Pertama, tentukan batas emosi. Emosi terbagi dua, yaitu emosi positif, berupa kebahagiaan, kemenangan, lucu, tertawa, dan lain sebagainya, yang kedua adalah emosi negatif, seperti sedih, marah, kecewa, galau, dan lain sebagainya. Batas emosi menentukan sampai mana emosi negatif ini boleh disampaikan. Menentukan batas emosi bertujuan untuk menghindari kita menceritakan tragedi, kegagalan, maupun kehilangan yang sangat bahkan terlalu ekstrim. Karena ketika kita menceritakan pengalaman paling ekstrim, audiens akan terhanyut ke dalam cerita tersebut meskipun kita sudah beranjak membahas cerita yang lain. Audiens akan berhenti mengikuti cerita tersebut karena mereka masih berkutat dengan emosi yang terbangun sebelumnya.

Kedua, seimbangkan emosi. Dalam bercerita, kita pasti akan menceritakan emosi negatif seperti kegagalan, kemarahan, dan kekecewaan. Maka seimbangkan dengan emosi positif seperti kemenangan, kegembiraan, dan lain sebagainya. Grafik dari alur cerita harus membentuk huruf U, ketika kita bercerita emosi yang anti klimaks, maka harus dilanjutkan dengan emosi positif dan buatlah klimaks di akhir.
Selamat mencoba.


Jasa Presentasi adalah Perusahaan yang menyediakan Jasa Desain Presentasi & Infografis Cepat, Murah, dan Profesional. Hubungi kami di 081387760005 atau email ke hallo.jasapresentasi@gmail.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *